Pengunjung

Kamis, 28 Mei 2015

Alat Mini Deteksi Dini Tsunami (Tanggap Bencana)

oleh: Rahmad Hastiono SPd, Guru SMP Negeri Setia Bakti Aceh Jaya/Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS Kab. Aceh Jaya

Alat Mini Deteksi Dini Tsunami (Tanggap Bencana)
Bupati Aceh Jaya Ir Azhar Abdurrahman bersama unsur muspida menyaksikan simulasi media pembelajaran alarm tsunami pada kegiatan Pekan Kreativitas Pendidikan Aceh Jaya di Calang, Aceh Jaya (16/12/2014). USAID PRIORITAS turut serta meramaikan kegiatan tersebut dengan dukungan sekolah mitra dan fasda. (USAID PRIORITAS/Sri Wahyuni)
Peristiwa tsunami di akhir 2004 tidak mungkin terlupakan begitu saja oleh masyarakat Aceh. Ratusan ribu jiwa menjadi korban keganasan gelombang laut yang datang setengah jam setelah gempa berkekuatan 9,3 skala Richter mengentak tanah Aceh. Kearifan lokal menyikapi siaga bencana pun mulai dilakukan. Salah satunya adalah media pembelajaran yang kami beri nama “Alat Mini Deteksi Dini Tsunami” yang berguna sebagai pendeteksi dini sebelum datangnya gelombang tsunami ke darat.
Alat ini diharapkan dapat menginformasikan tanggap bencana tsunami melalui peringatan dini. Apalagi, tsunami pernah memorakporandakan Kabupaten Aceh Jaya dan SMPN 1 Sampoiniet. Alat deteksi ini juga sebagai media pembelajaran IPS yang unik dan sederhana dengan memanfaatkan bahan bekas lingkungan sekitar.
Ide awal pembuatan alat ini tercetus saat akan berlangsungnya unjuk karya USAID PRIORITAS. Sebagai fasilitator daerah yang saat itu bertugas mendampingi SMPN 1 Sampoiniet, kami termotivasi untuk menampilkan sesuatu yang beda. Peralatan ini juga membiasakan siswa lebih kreatif dalam merancang media pembelajaran sendiri dan dapat membuktikan bahwa siswa di kabupaten dapat menciptakan media pembelajaran yang menarik dan unik.
Rahmad Hastiono (fasda) dan Mahyudin bersama seorang siswa sedang merangkai media pembelajaran alarm tsunami di SMPN Sampoinit, Aceh Jaya. (USAID PRIORITAS/Sri Wahyuni)

Saya dan Bapak Mahyuddin mendampingi 8 siswa SMPN 1 Sampoiniet kelas VIII untuk merancang dan membuat peralatan ini. Selama 10 hari proses pembuatannya dan diuji coba berkali-kali, akhirnya alat ini dapat digunakan. Bahan yang digunakan sebagiannya adalah barang bekas seperti alarm mobil dc 12 Volt, Pipa paralon 3 inci 1 meter, 60 cm benang nilon, baterai kering 12 Volt, 1,5 meter kayu  ring 5x5, botol air mineral ukuran 800 ml, klep, saklar  mini, dan kran tiga perempat. Teknik merakitnya, terlebih dahulu kami membuat kaki tiang penyangga dari kayu, kemudian siapkan potongan kayu dengan ukuran panjang 1 meter dan rangkaikan secara silang. Tiang kayu untuk penyangga disiapkan dengan ukuran tinggi yang sesuai. Langkah selanjutnya adalah memasang rangkaian listrik dengan menghubungkan saklar jepit ke baterai 12 Volt. Selanjutnya hubungkan kabel ke alarm. Karena alat ini hanya untuk media pembelajaran IPS dan simulasi kesiagaan bencana, untuk keamanan dan menghindari setrum dipasang tombol on/off.
Selanjutnya, pada saklar jepit kita gunakan isolator dari fiber plastik berukuran 20 x 2 cm yang akan berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Kemudian ikatkan benang nilon untuk pelampung yang terbuat dari botol air mineral. Terakhir, pasang pipa paralon 3 inci sepanjang 1 meter dengan posisi tegak sembari memasang penutup di bagian bawah, kemudian lubangi pipa dibagian bawah untuk pemasangan stop kran yang berfungsi membuang air.
Sistem kerja peralatan ini sangat sederhana. Pertama, sambungkan isolator di saklar jepit dan pelampung ke dalam pipa paralon yang telah diisi air. Kedua, putar stop kran agar air yang ada dalam pipa bisa keluar (air akan surut melewati ambang batas setelah gempa). Ketika air turun, akan menarik pelampung ke bawah melalui benang yang sudah terpasang pada pelampung  sehingga pelampung akan menarik isolator yang akan membuat alarm tsunami akan berbunyi.
Dua siswa sedang merangkai media pembelajaran alaram tsunami di SMPN Sampoinit, Aceh Jaya. (USAID PRIORITAS/Sri Wahyuni)
 Dampak media pembelajaran ini sangat dirasakan, terutama oleh masyarakat yang tidak mengetahui tanda-tanda tsunami, terutama tanpa adanya peringantan dini. Manfaat lainnya, siswa memahami teknik merakit media sederhana menjadi alarm tanggap bencana. Mereka menjadi peduli dengan lingkungan dan kreatif memanfaatkan bahan bekas menjadi media pembelajaran. Hal lainnya, manfaat dapat dirasakan karena siswa telah memahami sistem kerja alarm tsunami dan memahami pentingnya peringatan dini bencana. Di sisi lain, mereka juga dapat membangun kerja sama tim, bereksperimen secara komparatif saat mengerjakan media, dan siswa menemukan hasil eksperimen sendiri sehingga pemahaman terhadap materi jadi lebih baik.

Sebagai seorang guru, yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana kita mengajak siswa untuk dapat berpikir kreatif dan semangat belajar. Apalagi, saat ini media pembelajaran untuk pembelajaran IPS sangat kurang. Guru hanya dapat memberikan ide, semangat, dan motivasi bagi siswa agar mereka mau berbuat untuk kepentingan mereka sendiri.

 Alat Mini Deteksi Dini Tsunami eristiwa tsunami di akhir 2004 Ptidak mungkin terlupakan begitu saja oleh masyarakat Aceh. Ratusan ribu jiwa menjadi korban keganasan gelombang laut yang datang setengah jam setelah gempa berkekuatan 9,3 skala Richter mengentak tanah Aceh. Kearifan lokal menyikapi siaga bencana pun mulai dilakukan. Salah satunya adalah media pembelajaran yang kami beri nama “Alat Mini Deteksi Dini Tsunami” yang berguna sebagai pendeteksi dini sebelum datangnya gelombang tsunami ke darat. Alat ini diharapkan dapat menginformasikan tanggap bencana tsunami melalui peringatan dini.Apalagi, tsunami pernah memorakporandakan Kabupaten Aceh Jaya dan SMPN 1 Sampoiniet.Alat deteksi ini juga sebagai media pembelajaran IPS yang unik dan sederhana dengan memanfaatkan bahan bekas lingkungan sekitar. Ide awal pembuatan alat ini tercetus saat akan berlangsungnya unjuk karya USAID PRIORITAS. Sebagai fasilitator daerah yang saat itu bertugas mendampingi SMPN 1 Sampoiniet, kami termotivasi untuk menampilkan sesuatu yang beda.

 Peralatan ini juga membiasakan siswa lebih kreatif dalam merancang media pembelajaran sendiri dan dapat membuktikan bahwa siswa di kabupaten dapat menciptakan media pembelajaran yang menarik dan unik. Saya dan Bapak Mahyuddin mendampingi 8 siswa SMPN 1 Sampoiniet kelas VIII untuk merancang dan membuat peralatan ini. Selama 10 hari proses pembuatannya dan diuji coba berkali-kali, akhirnya alat ini dapat digunakan. Bahan yang digunakan sebagiannya adalah barang bekas seperti alarm mobil dc 12 Volt, pipa paralon 3 inci 1 meter, 60 cm benang nilon, baterai kering 12 Volt, 1,5 meter kayu ring 5x5, botol air mineral ukuran 800 ml, klep,saklar mini, dan keran tiga perempat.Teknik merakitnya, terlebih dahulu kami membuat kaki tiang penyangga dari kayu, kemudian siapkan potongan kayu dengan ukuran panjang 1 meter dan rangkaikan secara silang. Tiang kayu untuk penyangga disiapkan dengan ukuran tinggi yang sesuai. Langkah selanjutnya adalah memasang rangkaian listrik dengan menghubungkan saklar jepit ke baterai 12 Volt. Selanjutnya hubungkan kabel ke alarm. Karena alat ini hanya untuk media pembelajaran IPS dan simulasi kesiagaan bencana, untuk keamanan dan menghindari setrum dipasang tombol on/off. Selanjutnya, pada saklar jepit kita gunakan isolator dari fiber plastik berukuran 20 x 2 cm yang akan berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Kemudian ikatkan benang nilon untuk pelampung yang terbuat dari botol air mineral.Terakhir, pasang pipa paralon 3 inci sepanjang 1 meter dengan posisi tegak sembari memasang penutup di bagian bawah, kemudian lubangi pipa di bagian bawah untuk pemasangan stop keran yang berfungsi membuang air.

Sistem kerja peralatan ini sangat sederhana. Pertama,sambungkan isolator di saklar jepit dan pelampung ke dalam pipa paralon yang telah diisi air. Kedua, putar stop keran agar air yang ada dalam pipa bisa keluar (air akan surut melewati ambang batas setelah gempa). Ketika air turun, akan menarik pelampung ke bawah melalui benang yang sudah terpasang pada pelampung sehingga pelampung akan menarik isolator yang akan membuat alarm tsunami akan berbunyi. Dampak media pembelajaran ini sangat dirasakan, terutama oleh masyarakat yang tidak mengetahui tanda-tanda tsunami, terutama tanpa adanya peringantan dini. Manfaat lainnya,siswa memahami teknik merakit media sederhana menjadi alarm tanggap bencana. Mereka menjadi peduli dengan lingkungan dan kreatif memanfaatkan bahan bekas menjadi media pembelajaran. Hal lainnya, manfaat dapat dirasakan karena siswa telah memahami sistem kerja alarm tsunami dan memahami pentingnya peringatan dini bencana. Di sisi lain, mereka juga dapat membangun kerja sama tim, bereksperimen secara komparatif saat mengerjakan media, dan siswa menemukan hasil eksperimen sendiri sehingga pemahaman terhadap materi jadi lebih baik.* Oleh Rahmad Hastiono SPd Guru SMP Negeri Setia Bakti Aceh Jaya/Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS Kab.Aceh Proses merangkai pendeteksi dini tsunami yang dilakukan oleh siswa SMPN 1 Sampoiniet (atas dan tengah). Bupati Aceh Jaya menguji media pembelajaran pendeteksi dini tsunami di Calang beberapa waktu lalu (bawah) USAID PRIORITAS/ Sri Wahyuni Foto: Rahmad Hastiono Foto: Rahmad Hastiono Seuramoe PRIORITAS Seuramoe Praktik yang Baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar