Oleh Wardiati, kepala SDN 12 Teunom, Aceh Jaya

Kepala sekolah, siswa, guru, dan orang tua bekerja sama menanam, merawat, dan memanen bawang yang ditanam. Hasilnya digunakan untuk menambah pembelian ATK yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif di sekolah.
Memang selama ini banyak orang beranggapan bahwa semua biaya untuk kebutuhan penunjang pembelajaran harus berasal dari dana sekolah. Saya coba menunjukkan bahwa masyarakat juga dapat melakukan atau mendukung pembelajaran secara bersama.
Ide yang tercetus saat membuat RTL Pelatihan MBS itu saya wujudkan bersama komite sekolah dengan mengundang para wali murid untuk untuk menyampaikan program tersebut. Komite bersama para wali murid pun bersepakat untuk menanam bawang pada lahan kosong seluas 5 x 12 meter itu. Wali murid menyediakan bibit bawang dan pupuk kandang, sedangkan proses penanaman serta perawatannya dilakukan secara bersama.
Proses penanaman diawali dengan pengolahan dan pemupukan awal serta membuat bedeng (tumpukan tanah berbentuk jalur) seluas 1x10 meter sebanyak 3 bedeng. Proses tersebut dilakukan secara bersama selama 1 minggu setelah jam sekolah usai. Proses dilanjutkan dengan penanaman bibit bawang oleh wali murid sebanyak 5 kg. Setelah bawang ditanam, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Untuk kegiatan ini, wali murid dan masyarakat melakukannya secara bergiliran. Setelah bawang berumur 1 bulan, dilakukan proses pemupukan kembali dengan pupuk kandang yang diteruskan dengan pencabutan rumput liar di sekitar tanaman bawang. Pada bulan ketiga, bawang sudah dapat dipanen, kemudian dilakukan penjemuran dan siap dijual. Bawang dijual kepada masyarakat, guru, wali murid dengan penghasilan sebesar Rp 450.000. Uang hasil penjualan tersebut kami gunakan untuk membeli peralatan ATK untuk mendukung pembelajaran.
Dampaknya, kami melihat orang tua siswa merasa senang dilibatkan dalam proses pembelajaran di sekolah dan dapat menepis anggapan bahwa biaya untuk proses pembelajaran tidak hanya bersumber dari sekolah, tetapi juga dapat disediakan secara bersama oleh masyarakat, wali murid, dan komite. Salah seorang orang tua murid menyatakan rasa bangganya ikut serta dalam proses ini.
“Kami sangat senang bisa membantu pembiayaan untuk proses belajar mengajar anak-anak kami di sekolah. Mungkin kalau diminta sumbangan dana, kami memiliki keterbatasan. Hanya sumbangan tenaga yang bisa kami berikan untuk menunjang proses pembelajaran anak-anak kami. Kami juga senang jika dapat dilibatkan secara langsung kedalam program-program yang ada di sekolah,” kata Ernawati, orang tua Elvi Fazlina, siswa kelas 4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar